Rabu, 28 Maret 2012

Hutan hujan tropis di tengah kota

Salah satu gerbang depan SBG
Orang- orang biasanya ke Singapura untuk ke sentosa island (universal studio,) mencoba Singapore flyer, nonton konser, atau kebanyakan orang Indonesia lebih suka wisata belanja, maka saya mencoba alternative baru yaitu pergi ke kebun raya singapura. Sudah banyak yang protes, mengapa juga jauh-jauh ke singapura hanya untuk pergi ke kebun raya? Bukankan selain Kebun raya Bogor lebih lengkap, toh juga keseluruhan Singapura sendiri seperti sebuah kebun raya raksasa. Prinsip saya khan ‘do not wrong is do nothing”, bahkan juga dalam hal jalan-jalan.

Singapura Botani Garden, adalah nama dari apa yang saya sebut tadi kebun raya . Didirikan oleh Stamford Raflesh di tahun 1822 orang yang sama yang menata kebun raya Bogor  Awalnya Raflesh membuat taman untuk mengumpulkan, menumbuhkan, dan menyebarkan bibit tanaman holtikultura & tanaman penting lainnya seperti sayur, buah, dll tetapi lama – kelamaan kebun ini berkembang menjadi sebuah hutan hujan tropis di tengah kota. SBG membuat Singapura menjadi salah satu dari dua kota metropolitan dunia yang memiliki hutan hujan tropis di pusat kotanya, selain Rio de janeiro (CMIIW). SBG juga telah sukses menjalankan project menghijaukan seluruh sudut Singapura.

Beberapa hal yang menarik di Singapura botani garden adalah :
Swan lake
1. Swan lake : sebuah kolam yang sama tuanya dengan keseluruhan taman, dengan beberapa angsa putih asal Amsterdam (saya hanya melihat 2 pasang angsa) berukuran besar didalam kolam yang bersimbiosis, dengan ikan-ikan besar penghuni kolam itu berikut dengan kura-kura.

2. Ginger park : Saya tak pernah membayangkan bahwa jahe- jaheaan adalah tanaman yang cocok dan bagus  ditanam di taman
3. Evolution garden : sebuah pedestrian dibangun untuk menyusuri taman- taman yang disusun berdasarkan urutan waktu evolusi di bumi. Sebagai awalah adalah tumbuhan di air, lalu diikuti tumbuhan paku-pakuan hingga muncul hutan hujan tropis, sangat - sangat bagus untuk yang belajar evolusi tumbuhan.
4. Orchid garden : laksana sebuah bank anggrek, tempat pengumpulan, & pembibitan ratusan jenis anggrek yang memang dianggap sebagai bunga nasional Negara Singapura. Hey anggrek khan juga bunga nasional Indonesia… kita punya taman anggrek selengkap ini gak?
Symphoni lake
5.Symphoni lake. terdapat sebuah panggung di kelilingi danau dan bukit hijau …. sangat-sangat keren jika ada pertunjukan music klasik disana
6.Eco lake : sebuah tiruan ekosistem pesisir, lengkap dengan hutan bakau dan bebek-bebek liar, mungkin lebih lengkap lagi kalo isinya buaya!

Luas Singapore botani garden “hanya” 74 hektar, kebun raya bogor memang  lebih besar, alami, dan atmosphere hutan di kebun raya bogor jauh lebih “pekat”. Tetapi SBG  memiliki keunggulan, dalam segi penataan, dan konsep. Simak saja masing- masing taman punya section, yang bisa membuat para pengunjungnya belajar mengenai tanaman, laksana bab dalam suatu buku. Jika bingung, ada banyak brosur, papan penunjuk tersebar di seluruh kebun, atau pengen informasi lebih lengkap lagi kunjungan Botany center. Capek, kepanasan? air minum ada dimana-mana tak perlu mencari penjual air minum (hihihi entah nyambungnya dimana?)
Evolution garden
Yang menarik…? semua fasilitas  disana gratis, kecuali orchid garden (bayar USS 5). Yang unik pula,  saya tak menjumpai ada orang pacaran disana seperti halnya kebun raya di Indonesia. Mungkin karena saya tak tahu lokasi pacaran yang tepat disana dan Mungkin juga karena itu pertumbuhan penduduk Singapura jauh lebih rendah dibanding Indonesia (hehehehehe). Kebun dipenuhi turis, orang tua, dan anak-anak yang memang datang ingin menikmati suasana kebun. Yang unik lagi anjing diperbolehkan masuk tapi tidak boleh buang air besar maupun kecil… bagaimana mereka bisa melakukannya ya? Tempat itu memang bersih,bahkan tempat yang jauh dari tempat sampahnya pun tetap bersih.
Jika Singapura punya kebun sebagus ini, dan bisa “membuat pintar pengunjungnya” berarti ada banyak ahli tanaman lahir disana …. Siapa mereka?

Jumat, 16 Maret 2012

Tentang Trans Bandar Lampung

Akhir tahun lalu, jalanan tengah kota Bandar lampung disemarakkan (Halah….emangnya perayaan) oleh keberadaan Bus Rapid trans (BRT). Apa itu? Bus rapid trans itu sebenarnya istilah untuk suatu model transportasi yang aman, cepat, tepat waktu, dan nyaman. Masing – masing negara dan kota menterjemahkannya berbeda-beda, sebagian mengadopsi tanpa adaptasi kondisi lokal (bukan #kode). BRT Bandar lampung sendiri menggunakan jenis bus mini, pilihan yang tepat mengingat jalanan Bandar Lampung yang mayoritas memang sempit dan sudah sangat padat. Tapi apakah BRT di Bandar lampung yang dikenal dengan nama trans Bandar lampung sudah pas mengadopsi konsep rapid trans?
Kondisi dalam bus trans bandar lampung
Syarat pertama untuk naik trans Bandar Lampung adalah anda harus mengenal betul daerah- daerah di Bandar lampung. mengapa? karena saya tidak menemukan satu pun peta jalur bus, bahkan juga versi on-linenya. Saya malah lebih mudah menemukan siapa yang berjasa atas hadirnya BRT di Bandar Lampung (plus fotonya) dari pada bagaimana kita menggunakan angkutan ini. Ketika saya mencoba menanyakan ke salah satu crew bus, mereka bisa menjelaskan jalur-jalur yang dilewati trans Bandar Lampung. Tetapi, karena saya buta arah, penjelasan dengan menyebut nama-nama pemberhentian tidak banyakmembantu. 
Tips jika masih buta daerah Bandar lampung : Saat anda naik trans Bandar Lampung, gunakan satu kalimat yang tepat sasaran: “beritahu saya jika saya harus berhenti atau jika harus  berganti bus” dan dengan senang hati crew bus akan mengingatkan anda di mana harus berhenti.
Sore itu, (10 Maret 2012) untuk pertama kali saya naik trans Bandar Lampung, bukan karena nyoba, tetapi karena bus damri yang biasa menjadi andalan saya untuk “gaul” di kota Bandar Lampung sudah dicabut trayeknya, sehingga BRT menjadi satu-satunya bus yang melintas di jalanan Bandar Lampung. Bus trans Bandar Lampung ini  (mungkin karena masih baru) tingkat kenyamanan sudah cukup bagus, AC juga dingin, tapi bukannya bus DAMRI lama juga setara ya pelayananannya (masih gak terima Damri kegusur). BRT Bandar Lampung mengadopsi bus MRT kebanyakan, dimana kursi dibuat berhadapan, & dibagian tengah terdapat tempat untuk berdiri.
BRT Bandar lampung sendiri pada awal pengoperasiannya ini melayani 2 rute : Raja basa (terminal induk) – Sukaraja dan Raja basa - korpri. Seperti yang saya jelaskan tadi saya tidak tahu dimana letak sukaraja dimana letak korpri karena tidak ada peta yang menjelaskannya, sehingga saya tidak bisa menjelaskan lokasi-lokasi menarik di Bandar lampung mana saja yang bsia dijangkau. Trans Bandar Lampung memang murah hanya Rp. 2.500 sekali dan Rp. 3.500 untuk transfer, tetapi system pembayarannya sangat tidak praktis. Cukup kasihan melihat mbak-mbak bahkan ibu-ibu petugas, yang menanyakan satu persatu penumpang tentang tujuan dan menarik biaya, plus menulis di karcis. Mungkin pekerjaan ini bisa dilakukan di halte jika suatu saat halte-halte ini berdiri.
Di mana haltenya ? karena masih baru, halte-halte ini hanya ditandai dengan sebuah rambu saja, sebagian sudah ada landasannya tapi tak ada bangunan. Konsep rapid trans seharusnya berhenti di halte-halte khusus, ternyata tidak terjadi di lakukan trans Bandar lampung, bus menaikkan dan menurunkan penumpang dimanapun. Halte – halte ini juga seakan memiliki “jebakan” untuk orang yang melewatinya.
Halte bus
Halte-halte ini akan berdiri di atas trotoar, sehingga pejalan terpaksa masuk ke badan jalan bila melewati halte ini, dan sangat berbahaya jika bersamaan dengan datangnya bus. Belum lagi saat kita harus transit, kita harus menyeberang jalan, yang tak dilengkapi jalur penyeberangan jalan (zebra cross) dengan kondisi lalu lintas yang benar-benar brutal.
Untuk masalah ketepatan waktu, karena bus trans Bandar lampung jumlahnya cukup banyak, saya jarang menunggu lama, bahkan bus juga jarang terlihat padat. Walau begitu Bus trans Bandar Lampung tidak memiliki jalur khusus, sehingga bus harus berebut jalan dengan angkot dan kendaraan umum lainnya, termasuk terjebak kemacetan. Untuk membuat jalur khusus memang terlalu muluk, tetapi setidaknya dengan bus berhenti di jalur pemberhentiannya, sudah mengurangi bottle neck beberapa jalur jalan yang sudah cukup padat. 
Setelah banyak mengkritik, saya perlu acungin jempol untuk pemerintah yang mau menginvestasikan dananya untuk angkutan umum (loh harusnya wajib khan). Pemerintah Bandar Lampung sudah sukses meluncurkan BRT, semoga mereka juga tak berhenti untuk terus mengevalusi & memperbaiki system,, mengingat juga tidak sedikit kota yang gagal menerapkan BRT. 
Yang perlu disesalkan jalur bus trans Bandar lampung ini juga sama dengan jalur angkot. Seharusnya BRT hadir untuk mensinkronisasi angkutan umum yang ada. Angkot tak perlu digusur, cukup jadi pengumpan dari jalur BRT ke pelosok lainnya Disayangkan pula trans Bandar Lampung menggusur keberadaan DAMRI yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk banyak jalur lainnya. Jika di Bandar Lampung, selain mall, saya suka pergi ke pantai, ke gunung tapi tak ada angkutan umum kesana. Mungkin tidak perlu angkutan yang banyak, Cuma dengan jadwal yang pasti dan jelas cukup untuk membantu wisatawan menikmati Bandar Lampung.
Dan terakhir, yang dikeluhkan adalah jam operasinya. Bus-bus ini berhenti beroperasi jam 18.00 di jam orang pergi ke mall ataupun, pulang kerja. Pengalaman saya, dan beberapa teman, sering mengalami kesulitan angkutan umum saat kita tiba di Bandar lampung di atas jam 10 malam. Padahal angkutan dari pulau jawa melalu pelabuhan bakauheni berjalan 24 jam.
Semoga dengan pemerintah daerah bisa menghadirkan transportasi umum yang nyaman, aman, tepat waktu, murah sesuai dengan konsep BRT, akan membuat masyarakat berfikir 2x untuk menggunakan kendaraan pribadi, yang selanjutnya berimbas dengan pengurangan kepadatan.

Senin, 12 Maret 2012

Kongkow di Boat quay & Clarke quay

Jalur Boat Quay - Clarke quay

Apa jalur favourite rute jalan kaki jika kalian berkunjung di Singapura?..... salah satunya adalah jalur Boat Quay – Clarke Quay!. Kedua tempat ini adalah jalanan di pinggiran Sungai Singapura. Clarke quay sekitar + 2 km di utara boat quay. Jauh? Tak ada kata jauh berjalan di jalur yang menyenangkan ini. (see map). Untuk menuju kesana anda bisa naik MRT jalur east-west line (jalur hijau) turun di stasiun Raffles place (boat quay), dan jika memulai jalan dari Clarke quay, bisa naik MRT jalur north-east line (jalur ungu) turun di stasiun Clarke quay (di bawah Central Plaza).  (bingung? Tunggu tulisan saya tentang MRT). Waktu terbaik mengujungi tempat ini adalah sore hingga malam hari.

Boat - quay
Berjalan di jalanan Boat quay serasa berjalan di Kuta Bali (plus sungai). Kawasan ini penuh bar, & pub tempat para karyawan (kebanyakan bule) menghabiskan malam dengan alkohol selepas mereka pulang kantor. Di balik jalanan Boat quay merupakan kawasan bisnis, Beberapa bank besar berkantor di kawasan ini. Kawasan ini memang sudah menjadi sentra bisnis sejak akhir 1800an, tetapi kok gak kelihatan kunonya ya? 

Lobster ukuran Gaban
Selain bar, Boat quay, juga dipenuhi restoran sea food, baik yang dimasak ala China, India, maupun Eropa. Retoran ini memajang menu mereka dalam keadaan hidup dalam aquarium. Menariknya, menunya adalah ikan hingga kepiting berukuran jumbo. Saya sendiri baru melihat kepiting berukuran sebesar itu disana (katanya kepiting Australia). Saking besarnya, rasanya masih ngeri walau kepiting itu sudah jadi makanan di piring kita. Harganya?   ….Wah juga!, harga makanan disana mulai dengan belasan dolar per - kg (atau per ons ya?) dipastikan bisa membuatku miskin jika pesan ikan, kepiting, lobster segede gaban itu.  Jajaran hewan-hewan unik dalam aquarium ini membuat kita yang berjalanan di Boat quay serasa berjalan di sea world.

Gak punya duit? Nongkrong saja di depan kompleks bank UOB – Bank of China, di seberang museum asian civilitation mengapa? Viewnya bagus, melihat sungai singapura plus langitnya bermandikan cahaya dari Fullerton, Esplanade, gedung-gedung plus alunan live music yang kerap digelar di halaman museum. 

Jembatan menuju Clarke quay
Dari Boat quay, berjalanlah ke arah utara, menyusuri Sungai Singapura, yang sampai malam pun masih ramai lalu-lalang perahu wisata, untuk sampai ke Clarke quay. Berbeda dengan Boat quay, Clarke quay mempunyai jenis kuliner yang beragam, mulai dari masakan barat hingga gado-gado. Jajaran resto, pub, & bar ini menempati bangunan-bangunan tua dipinggiran sungai (konon dibangun oleh seorang yang tak memiliki kapabilitas arsitek saat jaman colonial Inggris). karena mereka tidak boleh memugar bangunan, mereka menyiasatinya dengan cara kreatif. Penasaran dengan suasana hujan ditempat itu, pasti lebih romantis.

Malam itu saya mencoba roti gulung isi daging kambing. Yang unik adalah sausnya, perpaduan rasa asin, pahit dan asam jeruk nipis persis kayak makan jamu. Di tengah santap malam mendadak kami disuguhi performance dari warung sebelah : tari perut asal turki. Penarinya sendiri sepertinya dari cina, dan perutnya itu loh lucu bgt pengen nyubit (halah…)

Clarke quay bukan melulu kuliner disini ada 2 wahana yang bisa memacu adrenalin, yang pertama adalah “G-max”, dimana kita dilontarkan (seperti ketapel) ke udara. Yang satu lagi bernama “extreme wings” dimana kita ditarik ke atas hingga ketinggian kurang lebih 100 meter lalu dilepas, sehingga kita jatuh terayun (seperti ayunan)….terus terang pengen nyoba, tapi langsung ilang nyali didepan wahana itu.

Gak punya duit lagi? nongkrong saja di pinggiran sungai, di jembatan menuju Clarke quay, atau di tengah air mancur (hehehe).  Karena Clarke quay menawarkan restoran dari berbagai Negara, maka kita juga bisa melihat lebih banyak orang dari berbagai bangsa, semacam atraksi turis melihat turis.  Beberapa dari mereka hanya nongkrong di atas jembatan dengan botol-botol bir, beberapa berpose alay didepan gapura berbentuk lope-lope, hingga balita yang bermain air mancur.  Mata saya malam itu tak berhenti memperhatikan bayi-bayi dari berbagai suku bangsa, lucu-lucu pengen buat satu (halah…). Banyak juga turis yang bicara loe-gue.
Saya menyalahkan film korea atas pose - pose ini

Sepulang dari 2 tempat itu saya menemukan foto - foto Clarke quay, & Boat quay jaman Kolonial di hostel tempat saya menginap (Sayangnya saya tidak berhasil menemukan foto yang sama di internet). Tempat itu tak jauh berbeda dengan kawasan kembang jepun atau kalimas di Surabaya saat jaman Kolonial. Sejak tahun 1800an, kawasan ini memang dijadikan para awak kapal untuk bersandar, persis sama dengan apa yang terjadi di Kalimas di tahun yang sama. Setelah 200 tahun kemudian, rasanya tak tega membandingkan Clarke quay-Boat quay dengan  ……. *sigh

Kalimas Surabaya sebelum kemerdekaan

Vs.

Clake quay Singapura sesudah kemerdekaan



Senin, 05 Maret 2012

Pengalaman pertama ke Singapura

Sebagai seorang traveler, jam terbang saya masih sangat –sangat kurang, bisa disebut sebagai pemula!. Saya memilih Singapura untuk pengalaman pertama traveling ke luar negeri. Selain, dekat, dan banyak tempat menarik, Singapura juga sangat teratur sehingga akan menjadi tempat yang sangat ramah bagi para turis pemula seperti saya. Berdua bersama my beloved friend, Ewin Pramono; selama 5 hari kita jelajahi Singapura.

Gerbong depan MRT tanpa masinis!
Awal kekaguman pada negara ini sudah terasa dari bandara Changi, dengan segala kecanggihan, kemegahan, dan kenyamanannya, bisa mempresentasikan Singapura secara keseluruhan. MRT, menjadi andalan kami dalam berkeliling di Singapura, Jaringan kereta yang menghubungkan banyak tempat penting/menarik di Singapura. Angkutan ini cukup nyaman, tepat waktu dan terpenting murah, saya hanya menghabiskan 15 dolar singapura untuk 4 hari perjalanan. Bagi yang pertama kali mengunjungi Singapura,awal datang jangan takut bingung dengan MRT. Tips : dari Bandara Changi, cari stasiun MRT di terminal 1. Di sana anda hanya cukup memandangi mesin tiket MRT, dan akan segera datang petugas yang dengan senang hati menjelaskan bagaimana system transportasi ini bisa kita gunakan. Bingung baca jalur?, cukup garuk-garuk kepala di depan peta jalur MRT dan akan petugas yang membantu kita. (baca juga : Singapura, canggih alatnya atau orangnya? – coming soon). Satu lagi, jangan takut  kalau MRTnya ngebut, tanpa ada sopir! huehehehe.

Selama 4 hari di Singapura kami menginap disebuah hostel, bernama Prince of wales yang terletak di pinggiran sungai Singapura. Hostel ini selain punya tempat yang strategis, juga telah sukses melahirkan beberapa cerita menarik yang tak kalah serunya dari perjalanan kami ke tempat wisata (baca juga : Belajar menginap di hostel).

Entah yang mana yang jadi obyek foto
Ada 4 hal yang menjadi tujuan kami mengunjungi Singapura: Universal studio, Museum & art (includ wicked), wisata jalan kaki, dan Belanja (baca juga: Paket wisata di Singapura – coming soon). Hari pertama kami menyusuri Boat quay & Clarke quay. Duatempat ini adalah kawasan kuliner yang berada dipinggiran Sungai Singapura. Ada berbagai kuliner yang bisa kita temui disana, dari masakan barat, hingga gado-gado. Bukan hanya melulu makanan, kita bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia lain berdasarkan restorannya, ya semacam atraksi turis melihat turis. Malam itu, saya mencoba roti gulung isi kambing ala India dengani sajian kejutan berupa tarian perut. Jika punya nyali, kalian bisa menikmati ayunan tertinggi di dunia. ( baca juga : Clarke-Boat Quay ). 

Di hari kedua kami berkeliling dari museum – ke museum (baca juga : Jejak Singapura – Coming soon), Dari National museum, ke Art museum, lalu Art science museum, dll sayangnya kami hanya sempat mengunjungi pameran gratisan di bagian luar museum, karena harus diburu waktu ke Marina bay sand untuk pertunjukan musical Broadway Wicked (Baca juga :  The story of Oz ). Selepas wicked, kita menemukan “jalur jalan asyik” di mulai dari marina bay sand - stadion terapung – Esplanade – Merlion dan Fullerton. Jalur ini anda bisa berpose dengan banyak “landmark” terkenal di Singapura plus bisa memperhatikan aktivitas turis dari berbagai Negara. Di malam harinya, kami menikmati makan malam masakan china, dengan suasasa seperti di China : tepatnya di Chinatown.

I'm not little & not Indian, but this is little India
Di hari ketiga, kami menghabiskan waktu untuk masuk ke dunia film. Selama ini kami hanya bisa melihat film, maka di universal studio, kami diberi pengalaman terlibat dalam film-film terkenal seperti Madagaskar, The mummy, Shrek,hingga Transformer. Bukan hanya pengalaman “masuk” ke dalam film, tetapi juga bertemu bintang-bintang legenda, lengkap dengan score film legenda berikut setting kota. Perjalanan di Universal Studio Singapura kami tutup dengan pertunjukan musical ala glee bertajuk The Monster Rock …… (baca juga : Lets Ride the movies di Universal studio). Sebagai pintu masuk, jangan lupakan atap Vivo mall, menikmati land mark Pulau Sentosa yang berpadu dengan aktivitas kapal pesiar hingga pelabuhan dagang. Sambil menghangatkan kaki di sebuah kolam, serasa di pantai. Malam ketiga kami habiskan untuk berkunjung ke little india plus andalan tempat ini : Mustafa center.

Bahkan kebun jahe pun bisa dijual
Di hari keempat kami mengunjungi jalan tempat belanja favorit orang Indonesia : Orchard road …. (baca juga : belanja ke Chinatown, Mustafa, Orchard?). Tak lengkap mengunjungi Singapura tanpa berkunjung ke kebun raya ala Singapura. Botani garden, sebuah kebun raya yang bukan hanya tempat bersantai, melainkan juga sebagai “museum” dan tempat edukasi (baca juga : Hutan hujan tropis di tengah kota ). Malam terakhir, kami lalui dengan berjalan mengelilingi Rafflesh hotel, hotel tertua di Singapura.

Di hari ke lima, kami sudah tidak sempat pergi kemana-mana lagi, karena harus mengejar penerbangan pagi. Saya menutup liburan, dengan terganjal masalah barang bawaan selama penerbangan. (baca juga : barang-barang pembawa masalah – Coming soon). Kesimpulan 5 hari perjalanan : Betapa maju dan modernnya Singapura, Negara kita masih punya potensi sangat besar untuk melebihinya (Iri habis).