Akhir tahun lalu, jalanan tengah kota Bandar lampung disemarakkan (Halah….emangnya perayaan) oleh keberadaan Bus Rapid trans (BRT). Apa itu? Bus rapid trans itu sebenarnya istilah untuk suatu model transportasi yang aman, cepat, tepat waktu, dan nyaman. Masing – masing negara dan kota menterjemahkannya berbeda-beda, sebagian mengadopsi tanpa adaptasi kondisi lokal (bukan #kode). BRT Bandar lampung sendiri menggunakan jenis bus mini, pilihan yang tepat mengingat jalanan Bandar Lampung yang mayoritas memang sempit dan sudah sangat padat. Tapi apakah BRT di Bandar lampung yang dikenal dengan nama trans Bandar lampung sudah pas mengadopsi konsep rapid trans?
Kondisi dalam bus trans bandar lampung |
Tips jika masih buta daerah Bandar lampung : Saat anda naik trans Bandar Lampung, gunakan satu kalimat yang tepat sasaran: “beritahu saya jika saya harus berhenti atau jika harus berganti bus” dan dengan senang hati crew bus akan mengingatkan anda di mana harus berhenti.
Sore itu, (10 Maret 2012) untuk pertama kali saya naik trans Bandar Lampung, bukan karena nyoba, tetapi karena bus damri yang biasa menjadi andalan saya untuk “gaul” di kota Bandar Lampung sudah dicabut trayeknya, sehingga BRT menjadi satu-satunya bus yang melintas di jalanan Bandar Lampung. Bus trans Bandar Lampung ini (mungkin karena masih baru) tingkat kenyamanan sudah cukup bagus, AC juga dingin, tapi bukannya bus DAMRI lama juga setara ya pelayananannya (masih gak terima Damri kegusur). BRT Bandar Lampung mengadopsi bus MRT kebanyakan, dimana kursi dibuat berhadapan, & dibagian tengah terdapat tempat untuk berdiri.
BRT Bandar lampung sendiri pada awal pengoperasiannya ini melayani 2 rute : Raja basa (terminal induk) – Sukaraja dan Raja basa - korpri. Seperti yang saya jelaskan tadi saya tidak tahu dimana letak sukaraja dimana letak korpri karena tidak ada peta yang menjelaskannya, sehingga saya tidak bisa menjelaskan lokasi-lokasi menarik di Bandar lampung mana saja yang bsia dijangkau. Trans Bandar Lampung memang murah hanya Rp. 2.500 sekali dan Rp. 3.500 untuk transfer, tetapi system pembayarannya sangat tidak praktis. Cukup kasihan melihat mbak-mbak bahkan ibu-ibu petugas, yang menanyakan satu persatu penumpang tentang tujuan dan menarik biaya, plus menulis di karcis. Mungkin pekerjaan ini bisa dilakukan di halte jika suatu saat halte-halte ini berdiri.
Di mana haltenya ? karena masih baru, halte-halte ini hanya ditandai dengan sebuah rambu saja, sebagian sudah ada landasannya tapi tak ada bangunan. Konsep rapid trans seharusnya berhenti di halte-halte khusus, ternyata tidak terjadi di lakukan trans Bandar lampung, bus menaikkan dan menurunkan penumpang dimanapun. Halte – halte ini juga seakan memiliki “jebakan” untuk orang yang melewatinya.
Halte bus |
Untuk masalah ketepatan waktu, karena bus trans Bandar lampung jumlahnya cukup banyak, saya jarang menunggu lama, bahkan bus juga jarang terlihat padat. Walau begitu Bus trans Bandar Lampung tidak memiliki jalur khusus, sehingga bus harus berebut jalan dengan angkot dan kendaraan umum lainnya, termasuk terjebak kemacetan. Untuk membuat jalur khusus memang terlalu muluk, tetapi setidaknya dengan bus berhenti di jalur pemberhentiannya, sudah mengurangi bottle neck beberapa jalur jalan yang sudah cukup padat.
Setelah banyak mengkritik, saya perlu acungin jempol untuk pemerintah yang mau menginvestasikan dananya untuk angkutan umum (loh harusnya wajib khan). Pemerintah Bandar Lampung sudah sukses meluncurkan BRT, semoga mereka juga tak berhenti untuk terus mengevalusi & memperbaiki system,, mengingat juga tidak sedikit kota yang gagal menerapkan BRT.
Yang perlu disesalkan jalur bus trans Bandar lampung ini juga sama dengan jalur angkot. Seharusnya BRT hadir untuk mensinkronisasi angkutan umum yang ada. Angkot tak perlu digusur, cukup jadi pengumpan dari jalur BRT ke pelosok lainnya Disayangkan pula trans Bandar Lampung menggusur keberadaan DAMRI yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk banyak jalur lainnya. Jika di Bandar Lampung, selain mall, saya suka pergi ke pantai, ke gunung tapi tak ada angkutan umum kesana. Mungkin tidak perlu angkutan yang banyak, Cuma dengan jadwal yang pasti dan jelas cukup untuk membantu wisatawan menikmati Bandar Lampung.
Dan terakhir, yang dikeluhkan adalah jam operasinya. Bus-bus ini berhenti beroperasi jam 18.00 di jam orang pergi ke mall ataupun, pulang kerja. Pengalaman saya, dan beberapa teman, sering mengalami kesulitan angkutan umum saat kita tiba di Bandar lampung di atas jam 10 malam. Padahal angkutan dari pulau jawa melalu pelabuhan bakauheni berjalan 24 jam.
Semoga dengan pemerintah daerah bisa menghadirkan transportasi umum yang nyaman, aman, tepat waktu, murah sesuai dengan konsep BRT, akan membuat masyarakat berfikir 2x untuk menggunakan kendaraan pribadi, yang selanjutnya berimbas dengan pengurangan kepadatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar