Senin, 12 Maret 2012

Kongkow di Boat quay & Clarke quay

Jalur Boat Quay - Clarke quay

Apa jalur favourite rute jalan kaki jika kalian berkunjung di Singapura?..... salah satunya adalah jalur Boat Quay – Clarke Quay!. Kedua tempat ini adalah jalanan di pinggiran Sungai Singapura. Clarke quay sekitar + 2 km di utara boat quay. Jauh? Tak ada kata jauh berjalan di jalur yang menyenangkan ini. (see map). Untuk menuju kesana anda bisa naik MRT jalur east-west line (jalur hijau) turun di stasiun Raffles place (boat quay), dan jika memulai jalan dari Clarke quay, bisa naik MRT jalur north-east line (jalur ungu) turun di stasiun Clarke quay (di bawah Central Plaza).  (bingung? Tunggu tulisan saya tentang MRT). Waktu terbaik mengujungi tempat ini adalah sore hingga malam hari.

Boat - quay
Berjalan di jalanan Boat quay serasa berjalan di Kuta Bali (plus sungai). Kawasan ini penuh bar, & pub tempat para karyawan (kebanyakan bule) menghabiskan malam dengan alkohol selepas mereka pulang kantor. Di balik jalanan Boat quay merupakan kawasan bisnis, Beberapa bank besar berkantor di kawasan ini. Kawasan ini memang sudah menjadi sentra bisnis sejak akhir 1800an, tetapi kok gak kelihatan kunonya ya? 

Lobster ukuran Gaban
Selain bar, Boat quay, juga dipenuhi restoran sea food, baik yang dimasak ala China, India, maupun Eropa. Retoran ini memajang menu mereka dalam keadaan hidup dalam aquarium. Menariknya, menunya adalah ikan hingga kepiting berukuran jumbo. Saya sendiri baru melihat kepiting berukuran sebesar itu disana (katanya kepiting Australia). Saking besarnya, rasanya masih ngeri walau kepiting itu sudah jadi makanan di piring kita. Harganya?   ….Wah juga!, harga makanan disana mulai dengan belasan dolar per - kg (atau per ons ya?) dipastikan bisa membuatku miskin jika pesan ikan, kepiting, lobster segede gaban itu.  Jajaran hewan-hewan unik dalam aquarium ini membuat kita yang berjalanan di Boat quay serasa berjalan di sea world.

Gak punya duit? Nongkrong saja di depan kompleks bank UOB – Bank of China, di seberang museum asian civilitation mengapa? Viewnya bagus, melihat sungai singapura plus langitnya bermandikan cahaya dari Fullerton, Esplanade, gedung-gedung plus alunan live music yang kerap digelar di halaman museum. 

Jembatan menuju Clarke quay
Dari Boat quay, berjalanlah ke arah utara, menyusuri Sungai Singapura, yang sampai malam pun masih ramai lalu-lalang perahu wisata, untuk sampai ke Clarke quay. Berbeda dengan Boat quay, Clarke quay mempunyai jenis kuliner yang beragam, mulai dari masakan barat hingga gado-gado. Jajaran resto, pub, & bar ini menempati bangunan-bangunan tua dipinggiran sungai (konon dibangun oleh seorang yang tak memiliki kapabilitas arsitek saat jaman colonial Inggris). karena mereka tidak boleh memugar bangunan, mereka menyiasatinya dengan cara kreatif. Penasaran dengan suasana hujan ditempat itu, pasti lebih romantis.

Malam itu saya mencoba roti gulung isi daging kambing. Yang unik adalah sausnya, perpaduan rasa asin, pahit dan asam jeruk nipis persis kayak makan jamu. Di tengah santap malam mendadak kami disuguhi performance dari warung sebelah : tari perut asal turki. Penarinya sendiri sepertinya dari cina, dan perutnya itu loh lucu bgt pengen nyubit (halah…)

Clarke quay bukan melulu kuliner disini ada 2 wahana yang bisa memacu adrenalin, yang pertama adalah “G-max”, dimana kita dilontarkan (seperti ketapel) ke udara. Yang satu lagi bernama “extreme wings” dimana kita ditarik ke atas hingga ketinggian kurang lebih 100 meter lalu dilepas, sehingga kita jatuh terayun (seperti ayunan)….terus terang pengen nyoba, tapi langsung ilang nyali didepan wahana itu.

Gak punya duit lagi? nongkrong saja di pinggiran sungai, di jembatan menuju Clarke quay, atau di tengah air mancur (hehehe).  Karena Clarke quay menawarkan restoran dari berbagai Negara, maka kita juga bisa melihat lebih banyak orang dari berbagai bangsa, semacam atraksi turis melihat turis.  Beberapa dari mereka hanya nongkrong di atas jembatan dengan botol-botol bir, beberapa berpose alay didepan gapura berbentuk lope-lope, hingga balita yang bermain air mancur.  Mata saya malam itu tak berhenti memperhatikan bayi-bayi dari berbagai suku bangsa, lucu-lucu pengen buat satu (halah…). Banyak juga turis yang bicara loe-gue.
Saya menyalahkan film korea atas pose - pose ini

Sepulang dari 2 tempat itu saya menemukan foto - foto Clarke quay, & Boat quay jaman Kolonial di hostel tempat saya menginap (Sayangnya saya tidak berhasil menemukan foto yang sama di internet). Tempat itu tak jauh berbeda dengan kawasan kembang jepun atau kalimas di Surabaya saat jaman Kolonial. Sejak tahun 1800an, kawasan ini memang dijadikan para awak kapal untuk bersandar, persis sama dengan apa yang terjadi di Kalimas di tahun yang sama. Setelah 200 tahun kemudian, rasanya tak tega membandingkan Clarke quay-Boat quay dengan  ……. *sigh

Kalimas Surabaya sebelum kemerdekaan

Vs.

Clake quay Singapura sesudah kemerdekaan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar