Minggu, 10 Maret 2013

Berburu Spot Snorkeling Di Teluk Lampung.

Ilustrasi Lokasi Teluk Lampung
Saya baru tinggal di Lampung sekitar 7 tahun yang lalu, saya bermigrasi dari Kota Surabaya karena kebetulan mendapat pekerjaan di Lampung. Waktu itu saya masih takut air, tidak bisa berenang, tidak suka laut, apalagi suka jalan-jalan. Hingga perjalanan dinas saya di salah satu Pelabuhan Panjang di Kota Bandar Lampung, menyadarkan saya akan indahnya Teluk Lampung. Waktu itu, saya kagum akan pemandangan yang hampir mustahil saya jumpai di kota asal saya Surabaya, bagaimana bisa ada laut seindah itu di pinggir sebuah kawasan industri? Saya berfikir, jika laut disekitar kawasan industri/perdagangan bisa seindah itu, bagaimana indahnya pantai dan tempat wisatanya?. Waktu itu, entah setan atau malaikat apa yang membisiki saya, hingga punya komitmen untuk belajar berenang dan menikmati indahnya pantai dan dunia bawah laut Teluk Lampung. 

Sayangnya, saya hanya mendapat informasi yang minim tentang tempat-tempat terbaik di Teluk Lampung. Tetapi, itu bukan alasan untuk mensyurutkan langkah saya menikmati indahnya bawah laut Teluk Lampung dengan bersnorkeling. Lalu, petualangan pencarian spot-spot snorkeling di teluk ini saya mulai sekitar 2 tahun yang lalu.
  
Pantai Mutun
Perjalanan pertama membawa saya ke 3 pantai yang menjadi wisata favorit disekitar Padang cermin, Kabupaten Pesawaran : Pantai Mutun, Ringgung, dan Pantai klara. Pantai Mutun, bagai Pantai Ancolnya Lampung, di hari libur pantai ini bak “lautan cendol manusia”. Pantai ini bahkan punya water boom, berupa seluncuran air yang mengarah ke laut. Melihat crowdednya pantai ini, saya pesimis bisa mendapat spot snorkeling terbaik.
  
Saya baru menjumpai terumbu karang di Pulau Tangkil, sekitar 5-10 menit menyeberang dari Pantai Mutun. Sayangnya lalu lalang perahu wisata, Jet ski, banana boat, dan lain-lain dari Pantai Mutun, membuat saya tak bisa aman menikmati snorkeling. Pemandangan terumbu karang saya yang pertama memberikan kesan takjub, sekaligus miris. Ada banyak ikan – ikan lucu yang saya lihat disini, tetapi dalam kondisi habitat yang mengkhawatirkan. Saya menemui terumbu karang yang rusak, dan menjumpai beberapa ikan kecil yang tinggal di dalam sampah plastik yang tenggelam.
    
Perjalanan dilanjutkan ke Pantai Ringgung, lokasi pantai ini agak tersembunyi, sekitar 2 km dari jalan utama penghubung kota Bandar Lampung – Padang cermin. Pantai yang berhadapan persis dengan perbukitan ini ternyata penuh dengan aktivitas para nelayan & keramba ikan, sehingga kami tak menjumpai spot snorkeling. Perjalanan dilanjutkan ke Pantai klara, Pantai ini berada persis di pinggir jalan utama penghubung Bandar Lampung – Padang cermin. Di pantai ini masih banyak dijumpai berbagai jenis ikan, sayangnya jenis pantai tak berterumbu karang. Baru – baru ini saya baru tahu  bahwa Pantai Ringgung & Klara hanyalah pintu masuk ke Pulau Tegal, Kelagian & Pahawang salah satu spot snorkeling terbaik di Teluk Lampung, dan ini akan jadi target perjalanan saya berikutnya.
  
Sebuah homestay di Kiluan
Pencarian spot snorkeling saya berlanjut ke Teluk Kiluan, yang terletak diantara Teluk Lampung –  Teluk Semangka. Perjalanan dari Pantai Klara ke Teluk Kiluan sudah jadi tantangan tersendiri. Selama 2 jam kita terguncang-guncang dalam mobil akibat jalan yang rusak, kesasar akibat minimnya petunjuk (waktu itu), bahkan masih banyak warga yang belum tahu ada tempat bernama Teluk Kiluan. Tetapi, itu semua terbayar lunas pada penemuan spot snorkeling yang saya cari.  

Spot snorkeling terbaik di tempat ini ada di salah satu “halaman depan” sebuah homestay di seberang Pulau kelapa, sekitar 5 menit berperahu dari Teluk Kiluan. Lokasi spot snorkeling ini tak jauh dari pantai, dengan berbagai jenis ikan hias yang menarik dan juga banyak dijumpai bintang laut berwarna biru. Hati-hati, karena posisi terumbu karang yang dangkal, ombak laut akan dengan mudah menghempaskan kita menabrak terumbu karang. Bukan hanya badan yang tergores karang, tetapi terumbu karang akan juga mengalami kerusakan.Spot snorkeling Di Pulau Kelapa, Teluk Kiluan juga berada di dekat bibir pantai. Karena dekat ke pantai, itu, ada banyak orang-orang yang tidak begitu mahir bersnorkeling tanpa sengaja menginjaknya. Saya tidak menjumpai tempat persewaan alat snorkeling di sekitar tempat itu, membuat para wisatawan bersnorkling ala kadarnya. Hal ini membuat saya khawatir kelangsungan hidup terumbu karang di teluk ini.
  
Lumba-lumba Teluk Kiluan
Sebenarnya suguhan utama di Teluk Kiluan ini bukan pada spot snorkeling tetapi pada “berburu” rombongan Lumba-lumba tutup botol. Konon Lumba-lumba ini dulu sering masuk ke Teluk Kiluan, karena adanya penangkapan dengan bom ikan, Lumba-lumba ini menjauh ke tangah lautan. Saya masih mendapat cerita beberapa lumba-lumba ditemukan tewas terkena bom ikan. Kabar bagusnya, dengan naik daunnya wisata lumba-lumba di kawasan ini, membuat para masyarakat berlomba mengamankan wilayah perairan disekitar mereka dari penggunaan Bom ikan.
    
Selepas mengunjungi sisi timur Teluk Lampung, Di lain waktu saya sisihkan waktu untuk mencari spot snorkeling di sisi barat Teluk Lampung tepatnya di Kabupaten Lampung Selatan. Sama seperti perjalanan sebelumnya saya mulai dengan mengunjungi pantai –pantai wisata favorit di kawasan itu, seperti: Pasir putih, Laguna helau, & Kalianda resort. Sama seperti di Pantai Mutun, Ringgung, & Klara, pantai-pantai ini merupakan jenis pantai landai berpasir yang tak berterumbu karang. Saya masih harus mengeluarkan kocek untuk menyewa perahu ke pulau-pulau di tengah teluk untuk mendapat spot snorkeling.
   
Atas dasar informasi itu, maka saya kembali menyusun rencana untuk berburu spot snorkeling melalui jalur laut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, saya pun menjumpai sebuah group di dunia maya yang berfikiran sama seperti saya untuk menjelajahi teluk Lampung melalui jalur laut.
  
Mengambil titik awal di Dermaga Canti Kalianda Lampung Selatan, kami menyewa perahu nelayan selama 2 hari. Tujuan awal perjalanan kami adalah lokasi di barat daya, di Teluk Kiluan, berlanjut ke Pantai jarang gigi dan Pulau Legundi. Dari Pulau Legundi kita melintasi teluk lampung yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia menuju anak Gunung Krakatau, dan dalam perjalanan kembali ke Dermaga Canti kita akan mampir ke, Pulau Umang-umang (Pulau Sebesi), dan Pulau Sebuku kecil.

Tapi rencana-tinggal rencana, kami salah memilih hari, Bulan Desember adalah waktu yang buruk untuk menggunakan jalur laut. Ombak yang tinggi mengagalkan kami mencapai Pulau Legundi, Jarang gigi, & Kiluan. Akhirnya perahu kami berbalik arah tujuan, ke Pulau sebuku kecil. 
   
Berlatar Pulau Sebuku Kecil
Pulau Sebuku kecil sebenarnya hanya berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari Dermaga Canti, Kalianda. Pulau kecil tak berpenghuni ini  sebenarnya punya laut sangat jernih, dan konon kita bisa menemukan ikan kakap merah disini. Sayangnya banyaknya jumlah orang yang bersnorkling di sini mengaduk pasir laut, dan membuat jarak pandang dalam air menjadi buruk. Perlu waktu 30 menit bagi saya untuk menemukan spot snorkling menarik, yaitu di sebelah timur pulau mendekati hutan bakau. Di titik ini saya menemukan 3 anemon dengan banyak ikan badut berukuran kecil.
  
Setelah lebih dari 1 jam bersnorkling, tujuan kami selanjutnya adalah Pulau Sebesi, sekitar 30 menit perjalanan dari Pulau Sebuku Kecil. Pulau yang awalnya adalah perkebunan kelapa ini sekarang berangsur menjadi pulau wisata. Suatu langkah yang bagus mengingat Pulau Sebesi dikelilingi spot-spot snorkeling, diving, memancing dan Gunung Krakatau yang potensial mendatangkan wisatawan.
      
Pulau Umang-umang
Spot snorkeling Pulau Sebesi terdekat ada di Pulau Umang-umang, 10 menit perjalanan dari Pulau Sebesi. Spot snorkeling di pulau ini jauh lebih luas dengan macam ikan hias lebih beragam dibanding di Pulau Sebuku Kecil. Tetapi, saya tidak menjumpai anemon dengan clown fish. Ada pemandangan ironis, walau ada larangan menambang terumbu karang di pulau Sebesi & Umang-umang,tapi bangunan penahan ombak di Pulau Sebesi  justru dibuat dari pecahan terumbu karang. Kami juga menemukan villa yang menghadap Pulau Umang-umang dengan halaman yang dihiasi pecahan terumbu karang. duh!
 
Perjalanan kami teruskan menuju Krakatau. Perjalanan Pulau Sebesi – Karakatau bukan hal yang mudah, ombak besar selat sunda sukses mengocok-ocok kami selama 2 jam. Untungnya mabuk laut kami langsung hilang saat menjejakkan kaki di pantai pulau anak Gunung Krakatau. Berbeda dengan pantai di kawasan Teluk Lampung yang punya pantai berpasir putih, Pantai disini berpasir hitam. Hal ini terjadi karena pulau-pulau di sekitar Krakatau adalah pulau vulkanik, pulau yang dibentuk oleh letusan berapi. Letusan Krakatau tahun 1883, membentuk 3 pulau Pulau Rakata (tempat induk Krakatau), P. anak Gungung Krakatau, P. Panjang, dan P. Rakata besar.
 
Dari ke empat pulau ini, kami mencoba spot snorkeling di Pulau Rakata. Spot ini dikenal dengan nama lagoan cabe, dan merupakan spot snorkeling paling juara dalam pencarian saya selama ini. Di lokasi ini ditemukan lebih banyak ikan hias & jenis terumbu karang, bahkan untuk pertama kalinya saya berjumpa penyu dan ular laut liar di alam bebas.

Lagoan cabe
Berbeda dengan spot-spot snorkeling lain di Teluk Lampung, karena terbentuk dari gunung berapi dasar lautnya berwarna kehitaman didominasi bebatuan, sehingga air laut terlihat lebih jernih, dan tak mudah teraduk walau ada banyak orang bersnorkling di sini. Di spot snorkeling ini juga terdapat palung yang tidak terlihat dasarnya, cukup membuat ngeri bagi para baru belajar snorkling. Belum lagi suasana Pulau Rakata dilingkupi hutan lebat, seakan menyimpan misteri tragedi besar memberikan atmosfir misterius di sekitar spot snorkling ini. Konon jika anda diving di tempat ini, anda bisa melihat kawah Krakatau purba yang sesekali mengeluarkan gelembung udara. 

Tertarik mengikut jejak kami? Saran saya cuma satu : harus anti mabuk, baik jalur darat maupun jalur lautnya.