Selasa, 12 Juni 2012

Mencicipi sensasi IMAX

IMAX Gandaria City XXI
Jumat 7 mei 2012, Indonesia memasuki masa penting bagi para pecinta film ……halah lebay….. pada tanggal itu dibuka studio IMAX komersial pertama di Indonesia. Studio IMAX (image maximum) ini dibuka di salah satu studio di gedung bioskop jaringan XXI, tepatnya di Gandaria city Jakarta pusat, dan film pertama yang diputar adalah The avengers. Sebenarnya studio IMAX pertama di Indonesia ada di theater keong mas TMII. Studio IMAX keong mas beroperasi sejak 20 April 1984 ini hanya dikhususkan memutar film ilmu pengetahuan, mayoritas film mengenai keindahan Indonesia. Berbeda dengan IMAX yang ada di Gandaria city XXI, yang akan memutar film-film box office. 

Saya sendiri baru berkesempatan menyaksikan film melalui layar IMAX, awal juni lalu. Saat itu film utama yang diputar adalah Man in Black 3, dan saya lebih memilih menyaksikan  film the Avengers yang waktu itu hanya diputar pada 1x jam tayang. Sebenarnya saya sudah nonton film The avengers, dan sudah saya review di sini, tetapi rasa penasaran membandingkan kualitas IMAX dengan 3D biasa, mendorong saya untuk menyaksikan ulang film ini.

Walau sudah datang 1 jam sebelum jam pertunjukan awal atau 5 jam lebih sebelum pertunjukan The avengers, ternyata antrian sudah terjadi di luar studio. Saya cukup positif thinking akan mendapatkan tiket dan berharap mereka yang mengantri bakal menyaksikan Man in Black 3. Ternyata saya salah, walau film The Avengers sudah berumur hampir 1 bulan di studio itu, antusias mereka menyaksikan The Avengers masih cukup tinggi, Saya mendapatkan tiket deret H masih sedikit tergolong strategis.  
Hanya ada 1 studio berkapasitas + 390 tempat duduk di IMAX Gandaria city XXI, jadi manfaatkan M-TIX untuk jaminan mendapatkan tiket, mengingat antriannya yang belum menunjukkan tanda-tanda surut
Kaca mata 3D
Awal masuk studio, kita dibagikan kaca mata 3D. Kaca mata 3D yang kita dapat lebih besar dari ukuran normal, sehingga sangat nyaman dipakai untuk kami yang berkaca mata. Di dalam studio saya sudah merasakan perbedaan dari layar bioskop yang berukuran sekitar 1,5 – 2X lebih lebar dari layar bioskop biasa dan berbentuk cekung. Deretan tempat duduk yang ada juga lebih curam dari bioskop biasa. Ukuran layar & curamnya deretan pendek duduk memberikan sensasi gambar tanpa batas. Saking besarnya layar, beberapa scene mengharuskan kita sedikit menengok untuk melihat adegan yang terjadi di suatu sudut.

Perbedaan lain adalah sound system yang diletakkan dibagian belakang, dan mereka menggunakan 2 proyektor. Trailer awal IMAX yang diputar sebelum pertunjukan film sudah sangat menjajikan. Dengan kualitas Gambar yang jauh lebih jernih, 3D yang lebih nyata, dan sound yang sangat-sangat menggelegar rasanya kita sudah diberi harapan bahwa IMAX akan memberikan nilai tambah untuk semua film yang dputar. Saya katakan 3D IMAX lebih real, karena dalam pre-scene,serasa semua angka yang muncul dilayar menampar-nampar muka kita.
Saking jernihnya kualitas gambar IMAX, saya harus merevisi penilaian saya tentang siapa cast The avengers pemilik p*nt*t terindah. Maaf untuk  Scarlet Johansen & Chris evans, Gwyneth paltrow pemenangnya (tolong diabaikan)
Saat trailer Spiderman diputar, Saya benar-benar merasakan sensasi berayun dari gedung-gedung bertingkat,  tetapi sensasi ini justru berkurang di film utama. Selain gambar lebih jernih, & suara yang menggelegar saya seperti tidak melihat perbedaan kualitas Avengers dalam format 3D biasa dengan IMAX.Kualitas sound yang menggelegar di beberapa scene malah cenderung berisik. Saya juga tidak merasakan ada “emosi” yang saya lewatkan saat saya menonton The Avengers versi 3D biasa.  sehingga saya tidak perlu merubah nilai saya pada film ini. Berbeda dengan saat saya melihat Avatar, dimana saya merasakan emosi lebih saat saya menyaksikan ulang dalam versi 3D. 

Saya baru melihat perbedaan gambar kualitas 3D IMAX dengan 3D biasa saat adegan hawk eye membidik seorang manusia kecil, yang seingat saya  tidak ada di film versi 3D biasa. Ternyata seorang kecil yang saya lihat itu adalah penonton didepan yang sedang berdiri..hehehehe. kejadian berulang saat adegan di pinggir laut/sungai, saya merasa ada segerombolan orang berada dipinggiran sungai/laut itu…yang ternyata adalah penonton yang berada di barisan depan. 

Akhirnya,saya setuju  IMAX menghadirkan film dengan kualitas yang lebih baik, tetapi tidak semua film bisa memberikan sensasi lebih. Jadi saya hanya akan kembali menyaksikan film di studio IMAX khusus untuk film yang memang sudah ada dalam bentuk IMAX, bukan yang ditransfer seperti film The Avengers ini. Walau hasilnya di bawah ekspetasi saya, tetapi menyaksikan film di studio IMAX sudah cukup mengupgrade status “kegaulan”. Maksud hati ingin pamer ke teman-teman kerja di tengah kebon tebu Lampung dengan memposting foto bioskop IMAX  di Facebook, tetapi sebagian besar malah bertanya apa itu IMAX ….. dan saya pun gagal sombong.

Mengenai apa itu IMAX dapat di baca di sini